Jangan Percaya Takhayul

Penulis : H. Mulyadi Al-Fadhil, S.Sos.I.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa [4] : 48).

Sebagian besar masyarakat Indonesia, masih mempercayai bahwa kupu-kupu yang masuk ke sebuah rumah memberikan tanda akan datangnya tamu. Begitu pula dengan kucing yang melintas di depan seseorang yang sedang menuju ke suatu tempat, itu pertanda nasib kurang baik akan menimpanya. Bahkan, jika piring atau gelas yang sedang dipegang jatuh, dipercayai sebagai tanda akan ada kerabat atau saudara yang mengalami musibah.

Selain hal di atas, masih banyak kejadian-kejadian lain yang dipercaya memberikan tanda akan datangnya suatu keberuntungan atau musibah. Kepercayaan-kepercayaan seperti ini dikenal dengan takhayul. Takhayul begitu sulit dihilangkan dari kepercayaan masyarakat Indonesia, karena jauh sebelum Islam datang, masyarakat Indonesia menganut kepercayaan animisme atau agama lainnya. Animisme dan agama lain, memang masih mempercayai takhayul.

Tathayyur

Seorang muslim, harus meyakini bahwa semua nasib manusia berada dalam kekuasaan Allah. Seorang muslim tidak boleh menyelipkan keyakinan lain dalam suatu urusan, selain kepada Allah SWT. Percaya kepada takhayul atau yang sejenisnya termasuk perbuatan syirik.

Takhayul dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan tathayyur. Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pertanda akan datangnya nasib buruk. Tathayyur berasal dari kata dasar thair (burung). Menurut Uwes Al-Qarni dalam buku 60 Penyakit Hati, dalam tradisi masyarakat jahiliyah (sebelum Islam), ada suatu keyakinan bahwa jika seseorang keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, lalu ada seekor burung lewat di sebelah kananya, itu pertanda akan datangnya berkah yang akan membawa keberuntungan. Jika burung lewat di sebelah kirinya, seketika itu ia kembali ke rumahnya, karena ia percaya nasib buruk akan menimpanya jika terus melanjutkan perjalanan.

Penyebab utama tathayyur yaitu adanya buruk sangka terhadap Allah dan lemahnya iman. Selain itu, menurut Al-Qarni, adanya keyakinan sesat yang menyimpang dari tauhidullah, adanya pengaruh aliran animisme yang mempercayai benda-benda pembawa kemujuran, seperti cincin, wafaq, jimat, atau lafadz Al-Qur’an yang dipasang di tubuh. Seseorang yang percaya kepada takhayul biasanya kurang tawakal kepada Allah.

Ā 

Kiat Mengatasinya


Seorang muslim wajib menghindari penyakit ini jika ingin selamat dunia dan akhirat. Uwes Al-Qarni memberikan beberapa kiat agar kita bisa terlepas dari percaya kepada takhayul.

Pertama, menguatkan keimanan dengan tauhid. Rasulullah SAW bersabda, “Tathayyur itu syirik (diulanginya tiga kali).” Kedua, menghindari semua penyebabnya. Ketiga, bekerja sebaik dan semaksimal mungkin dengan menggunakan manajemen yang baik. Jangan percaya kepada dukun atau hal-hal mistik lainnya dalam menjalankan usaha. Keempat, meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang mempengaruhi untung ruginya suatu urusan selain usaha sendiri.

Kelima, bergaul dengan orang-orang shaleh. Bergaul dengan orang-orang shaleh akan membuat pemahaman agama kita bertambah. Kita akan termotivasi untuk melakukan amal-amal shaleh dan menghindari perbuatan maksiat. Keenam, bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Rasululah SAW bersabda, “Akan tetapi Allah menghilangkan penyakit (tathayyur) ini dengan bertawakal kepadaNya.” (HR. Abu Dawud).

Ketujuh, jika setan membisikkan tathayyur, segeralah berlindung kepada Allah dengan membaca isti’adzah, istighfar, dan berdo’a sesuai sabda Nabi SAW, “Ya Allah, tidak ada yang mampu mendatangkan segala kebaikan melainkan dengan kekuasaanMu, tidak ada yang mampu menolak segala keburukan melainkan dengan kekuasaanMu, tidak ada daya kekuatan hanya kepadaMu.” (HR. Abu Dawud). Wallahu a’lam bishshawwab.

Leave a comment